Lebih Akrab dengan E-Learning STAIMAFA


Mengenal e-Learning STAI Mathali’ul Falah Pati
A.    Hakekat e-Learning
1.      Pengertian e-Learning
e-Learning oleh Jaya Kumar C. Koran (2002), didefinisikan sebagai segala bentuk pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-Learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-Learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Atau e-Learning sebagaimana disampaikan Imam Adzroi selaku Pengelola Pusat Komunikasi (PUSKOM) STAI Mathali’ul Falah dalam sosialisasi e-Learning STAI Mathali’ul Falah di ruang Micro teaching kepada seluruh mahasiswa PBA VI A didefinisikan sebagai berikut: sistem pembelajaran yang menggunakan perangkat elektronik, baik itu dengan microphone, computer, Internet, Intranet, satelit, tape audio/video, TV interaktif dan CD-ROM dan sebagainya yang disampaikan secara ‘synchronously’ (pada waktu yang sama) ataupun ‘asynchronously’ (pada waktu yang berbeda). Tapi seiring dengan perkembangan teknologi makna e-Learning ini mengalami penyempitan makna menjadi pembelajaran melalui internet.
2.      Penekanan e-Learning
Penekanan e-Learning adalah pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (Rosenberg, 2001), yang pada intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-Learning (Cambell, 2002, Kamarga, 2002) yang kesemuanya digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran (Onno W. Purbo,2002).
Dengan adanya e-Learning ini maka sebagian dari media elektronik yang digunakan dalam pengajaran boleh disampaikan secara ‘synchronously’ (pada waktu yang sama) ataupun ‘asynchronously’ (pada waktu yang berbeda). Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video. Ia juga harus menyediakan kemudahan untuk ‘discussion group’ dengan bantuan profesional dalam bidangnya.
3.      Perbedaan Pembelajaran Tradisional dengan e-Learning
e-Learning dianggap sebagai media pembelajaran baru mengingat cara kerjanya mengoptimalkan fungsi media internet belum begitu dirambah oleh kebanyakan lembaga pendidikan di Indonesia. Perbedaan Pembelajaran Tradisional dengan e-Learning yaitu kelas ‘tradisional’, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran ‘e-Learning’ fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran ‘e-Learning’ akan ‘memaksa’ pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.

B.     E-Learning di STAI Mathali’ul Falah
1.      Fungsi e-Learning di STAI Mathali’ul Falah
Statemen Khoe Yao Tung (2000), bahwa setelah kehadiran guru dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia.
E-Learning di perguruan tinggi luar negeri sudah mengganti secara total pelajaran di kelas. Namun hal ini berbeda dengan e-Learning yang dipergunakan di Indonesia, begitu pula di STAI Mathali’ul Falah. Fitur e-Learning yang ada di STAI Mathali’ul Falah mempunyai tiga fungsi:
1.      Fungsi substitution (pengganti). Artinya e-Learning menjadi alternative kedua jika pelajaran di kelas tidak bisa dilaksanakan. Misalnya dosen tidak bisa hadir, maka pembelajaran bisa dilakukan dengan memakai eLearning. Hal itu dilakukan jika terjadi kemungkinan menggunakannya.
2.      Complement (pelengkap) yag dilakukan dalam proses perkuliahan berlangsung di dalam kelas.
3.      Penguat. Artinya, e-Learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan.
Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Cisco (2001) bahwa filosofis e-Learning sebagai berikut. Pertama, eLearning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. Kedua, e-Learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. Ketiga, e-Learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat, Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
Namun demikian, STAI Mathali’ul Falah belum dapat menjangkau keempat hal yang menjadi karakteristik e-Learning pada umumnya. Keempat karakteristik tersebut ialah: Pertama, Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler. Kedua, Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks). Ketiga, Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self Learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya. Keempat, Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Faktor yang menyebabkan STAI Mathali’ul Falah belum mampu merambah pada karakteristik e-Learning tersebut adalah dikarenakan jumlah mahasiswa yang baru berjumlah kurang lebih 300-an, minimnya dosen yang meenggunakan e-Learning sebagai media pembelajaran yang dikarenakan minimnya SDM dosen pengampu mata kuliah dalam hal pengoperasionalan media internet khususnya dalam pemanfaatan e-Learning, dan padatnya jadwal dosen, sehingga sampai sekarang belum terjadi kesepakatan antara para dosen dan pelatih e-Learning tentang kapan akan dilaksaakannya pelatihan e-Learning. Dengan demikian modul e-Learning yang disediakan belum tersentuh sama sekali.
Padahal untuk dapat menghasilkan e-Learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang eLearning, yaitu : sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-Learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-Learning-nya. Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layar komputernya. Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
Meskipun keberadaan e-Learning di sebuah lembaga pendidikan dianggap sangat berarti, hal itu masih dinilai relative. Artinya penggunaan e-Learning dalam pembelajaran tergantung dari penerapan fungsinya apakah dengan adanya e-Learning di STAI Mathali’ul Falah benar-benar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran atau malah sebaliknya? Sampai detik ini pembelajaran di dalam kelas (konvensional) dinilai masih relevan dan efektif. Maka e-Learning dalam pembelajaran di STAI Mathali’ul Falah belum begitu dilirik untuk dipergunakan sepenuhnya. Saat ini baru ada dua dosen yang baru menggunakan e-Learning dalam pembelajaran, yaitu Ahmad Dimyati, M.Ag dan Inayatul Ulya, MSI.
2.      Pengoperasionalan e-Learning STAI Mathali’ul Falah
Sebelum memasuki pembahasan mengenai pengoperasionalan e-Learning STAI Mathali’ul Falah yang beralamat di “www.e-learning.staimafa.ac.id”, alangkah baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu perangkat LMS yang dipergunakan STAI Mathali’ul Falah dalam pembelajaran.
STAI Mathali’ul Falah mengadopsi e-Learning ke dalam sebuah web form dalam bentuk LMS (Learning Management Sistem). Terdapat banyak macam LMS yang bisa dipergunakan sebagai perangkat e-Learning. Namun disini STAI Mathali’ul Falah memakai perangkat LMS moodle yang bisa dilihat dalam tampilan gambar berikut ini:












  
Kalau ingin membuka lebih lajut tentang e-Learning STAI Mathali’ul Falah maka harus mendaftar lebih dulu pada kolom tersebut. Dalam pengoperasionalannya,  pengguna atau user akan dipandu dengan menggunakan dua bahasa yang diaktifkan yaitu Indonesia dan Inggris.
Di dalam persyaratan mendaftar e-Learning STAI Mathali’ul Falah terdapat nama pengguna atau username, pengisian password minimal 8 karakter, e-mail dipasang dua (konfirmasi dan verifikasi), kemudian mengisi kota, dan negara. Setelah itu lalu akses data yang dikirimkan admin e-Learning STAI Mathali’ul Falah melalui alamat e-mail yang telah kita masukan untuk proses verifikasi akun e-Learning. Baru setelah itu kita bisa membuka link akun kita dalam e-Learning STAI Mathali’ul Falah.
Untuk lebih jelasnya tentang proses pendaftarannya akan diperlihatkan dalam gambar berikut ini:







 









Kalau belum punya, maka…..
Lebih jelasnya lagi pada halaman depan ada panduan mahasiswa. Kita bisa download filenya di gambar berikut dan tinggal di klik saja. Atau kalau ada apa-apa bisa kirim email di puskom@yahoo.co.id.
3.      Bagaimana agar materi perkuliahan bisa masuk di e-Learning?
E-Learning adalah pengganti atau penambah pelajaran di kelas? Bagaimana agar pelajaran itu bisa masuk di e-Learning?
Ya harus masuk pelajaran ke kelas dulu. Ibaratnya anda mendaftar di sebuah perkuliahan. Setelah itu mendaftar dulu perkuliahan yang ada di sini.” Admin puskom e-Learning STAI Mathali’ul Falah Adzro’i mengkonfirmasi.
Beberapa matakuliah untuk pendaftaran e-Learningnya disertai password yang hanya diketahui oleh dosen terkait dan mahaisswa yang diampu dengan tujuan agar tidak diikuti oleh mahasiswa lain atau publik. Untuk mendaftar tinggal klik matakuliahnya. Dengan begitu akan bisa masuk ke mata kuliah yang dituju.
Kalau mahasiswa sudah memasuki matakuliah tertentu maka akan sudah ada tampilan seperti di bawah ini:

Dalam penyajian materi, ada dosen yang membaginya per tanggal, perminggu, atau pertopik (seperti yang dilakukan oleh pak dim dan inayatul ulya). Rata-rata maksimal 16 topik. Pada kolom tersebut ada tugas dan resous (materi). Di bawah ini  adalah contoh percobaan pembuatan tugas yang diberikan dosen dalam e-Learning. Di dalamnya terdapat draf pengajuan. Misalnya tugasnya mengumpulkan makalah, kemudian ada perintah upload here. Kemudian oleh dosen direview dan akan dikasih nilai. Kemudian diklik. Dari situ nanti setelah dinilai akan terlihat nilainya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam gambar berikut:

Selain tugas, juga terdapat materi chat, membuat kamus, materi glosari, dll. Misal ada dosen yang tidak bisa hadir, namun dosen memerintahkan mahasiswanya untuk online pada jam sekian. Kemudian dosen akan memberikan materi dan tugasnya. Namun sekali lagi disampaikan bahwa e-Learning di sini tidak menggantikan posisi matakuliah di kelas. Ia hanya sebagai pengganti dan pelengkap. Kalau semua mata kuliah sudah disampaikan di kelas kemudian ditambahi e-Learning, maka akan dirasa memberatkan, baik oleh dosen maupun mahasiswa.
Ada juga forum niaga atas usulan ketua STAI Mathali’ul Falah. Di mana forum itu untuk menstimulus mahasiswa untuk berjual beli yang sudah berlaku di perguruan tinggi Australia. Mahasiswa bisa masuk di forum ini dan bisa dilihat tampilannya. Missal pingin menjual komputer bekas dll. Dalam forum niaga ini juga bisa mengirim email kepada dosen atau mahasiswa juga.
Perkembangan e-Learning terakhir di STAI Mathali’ul Falah ini sudah bisa diakses oleh mahasiswa. Dosen-dosen yang sudah melaksanakan e-Learning adalah pak dim dan bu inayah.
Model-model eLearning di STAI Mathali’ul Falah saat ini memakai interface word (tatap muka).
Untuk moodle banyak sekali fiturnya. Bisa didownload moodle ini.
Makul ditampilkan tidak hanya bentuk file pdf wa akhawatiha. Ada lagi yang standar itu memakai skrum seperti ini.
Mendaftar e-Learning itu seperti masuk ke sekolahan.
Ada banyak ribuan fitur dalam e-Learning dan bisa dipelajari sendiri di rumah.
Ini ada yang coba berupa materi sekrum. Contohnya seperti ini. Kita tinggal ngeklik aja.
Ada berupa authoring software untuk membuat materi sekerum seperti ini.

Percobaan ini semacam file materi yang ditampilkan oleh dosen.
Ini ada contoh materi survey on-line oleh dosen kepada mahasiswa. Ada juga forum tanya jawab dosen-mahasiswa.
Buka skrum.com untuk mendapatkan…..
Flash sekarang malah tidak dipakai.
Sebenarnya dari dulu kita tidak ada keinginan untuk membuat e-Learning. Tapi setelah kita coba ternyata bisa dan kita segera mengikkuti pelatihan.
Saya sudah bikin buku panduan untuk dosen namun kita belum mendapatkan jadwal kepepakatan karena padatnya jadwal dosen. Kalau kita hitung secara matematis, maka pembelajaran di kelas kita masih dinilai efektif karena mahasiswa kita masih sedikit.
Tanggung jawab system dipegang ole puskom. Sedangkan tanggung jawab pembelajaran atau materi oleh dosen. Dan yang bisa menyuruh dosen untuk membuat materi di e-Learning ya prodi.
Ada makul media pembelajaran ya? Kalau hanya power point kurang itu. Padahal ada banyak sekali media pembelajaran yang bisa digarap.
Kenapa saya pakai moodle? Ketika moodle ini dipakai oleh kebanyakan perguruan tinggi dunia. Karena moodle ini gratisan. Padahal kalau kita mau membeli LMS itu harganya ratusa juta.
Kalau perguruan tinggi Islam di jateng, STAI Mathali’ul Falah nomor 2 yang memakai e-Learning. Yang pertama UNISULA. Kalau IAIN Wlisogo Semarang sudah ada, tapi hanya percobaan oleh perpustakaannya.
CMS (Content Management system/ sstem manajemen isi yaitu untuk membuat website). Seperti jumla,
4.      Kelebihan dan Kekurangan E-Learning di STAI Mathali’ul Falah
a.       Kelebihan
Kelebihan tentang manfaat penggunaan e-Learning, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh, antara lain: Pertama, Tersedianya fasilitas e-moderating di mana dosen dan mahasiswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu. Kedua, dosen dan mahasiswa dapat menggunakan materi atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh materi dipelajari. Ketiga, mahasiswa dapat belajar atau me-review materi setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat materi tersimpan di komputer. Keempat, Bila mahasiswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah. Kelima, Baik dosen maupun mahasiswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Keenam, berubahnya peran mahasiswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif. Ketujuh, Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari kampus.
b.      Kekurangan
E-Learning di STAI Mathali’ul Falah ini belum disosialisasikan secara merata. Sosialisasi baru diberikan kepada mahasiswa baru saja menimbang dosen-dosen STAI Mathali’ul Falah yang masih gaptek dengan komputer. Dengan demikian wajar apabila e-Learningnya tidak ramai.
Berbagai kritik sebagaimana dikemukakan (Bullen, 2001, Beam, 1997) nampaknya relevan disampaikan kembali, antara lain: Pertama, Kurangnya interaksi antara dosen dan mahasiswa atau bahkan antar mahasiswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar. Kedua, Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial. Ketiga, Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan. Keempat, Berubahnya peran dosen dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT. Kelima, mahasiswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal. Keenam, Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet. Ketujuh, Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan internet. Kedelapan, Kurangnya penguasaan bahasa komputer.

Powered By Blogger
kangnaim.blogspot.com. Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 26 Juni 2012

Lebih Akrab dengan E-Learning STAIMAFA


Mengenal e-Learning STAI Mathali’ul Falah Pati
A.    Hakekat e-Learning
1.      Pengertian e-Learning
e-Learning oleh Jaya Kumar C. Koran (2002), didefinisikan sebagai segala bentuk pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-Learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-Learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Atau e-Learning sebagaimana disampaikan Imam Adzroi selaku Pengelola Pusat Komunikasi (PUSKOM) STAI Mathali’ul Falah dalam sosialisasi e-Learning STAI Mathali’ul Falah di ruang Micro teaching kepada seluruh mahasiswa PBA VI A didefinisikan sebagai berikut: sistem pembelajaran yang menggunakan perangkat elektronik, baik itu dengan microphone, computer, Internet, Intranet, satelit, tape audio/video, TV interaktif dan CD-ROM dan sebagainya yang disampaikan secara ‘synchronously’ (pada waktu yang sama) ataupun ‘asynchronously’ (pada waktu yang berbeda). Tapi seiring dengan perkembangan teknologi makna e-Learning ini mengalami penyempitan makna menjadi pembelajaran melalui internet.
2.      Penekanan e-Learning
Penekanan e-Learning adalah pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (Rosenberg, 2001), yang pada intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-Learning (Cambell, 2002, Kamarga, 2002) yang kesemuanya digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran (Onno W. Purbo,2002).
Dengan adanya e-Learning ini maka sebagian dari media elektronik yang digunakan dalam pengajaran boleh disampaikan secara ‘synchronously’ (pada waktu yang sama) ataupun ‘asynchronously’ (pada waktu yang berbeda). Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video. Ia juga harus menyediakan kemudahan untuk ‘discussion group’ dengan bantuan profesional dalam bidangnya.
3.      Perbedaan Pembelajaran Tradisional dengan e-Learning
e-Learning dianggap sebagai media pembelajaran baru mengingat cara kerjanya mengoptimalkan fungsi media internet belum begitu dirambah oleh kebanyakan lembaga pendidikan di Indonesia. Perbedaan Pembelajaran Tradisional dengan e-Learning yaitu kelas ‘tradisional’, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran ‘e-Learning’ fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran ‘e-Learning’ akan ‘memaksa’ pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.

B.     E-Learning di STAI Mathali’ul Falah
1.      Fungsi e-Learning di STAI Mathali’ul Falah
Statemen Khoe Yao Tung (2000), bahwa setelah kehadiran guru dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia.
E-Learning di perguruan tinggi luar negeri sudah mengganti secara total pelajaran di kelas. Namun hal ini berbeda dengan e-Learning yang dipergunakan di Indonesia, begitu pula di STAI Mathali’ul Falah. Fitur e-Learning yang ada di STAI Mathali’ul Falah mempunyai tiga fungsi:
1.      Fungsi substitution (pengganti). Artinya e-Learning menjadi alternative kedua jika pelajaran di kelas tidak bisa dilaksanakan. Misalnya dosen tidak bisa hadir, maka pembelajaran bisa dilakukan dengan memakai eLearning. Hal itu dilakukan jika terjadi kemungkinan menggunakannya.
2.      Complement (pelengkap) yag dilakukan dalam proses perkuliahan berlangsung di dalam kelas.
3.      Penguat. Artinya, e-Learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan.
Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Cisco (2001) bahwa filosofis e-Learning sebagai berikut. Pertama, eLearning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. Kedua, e-Learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. Ketiga, e-Learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat, Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
Namun demikian, STAI Mathali’ul Falah belum dapat menjangkau keempat hal yang menjadi karakteristik e-Learning pada umumnya. Keempat karakteristik tersebut ialah: Pertama, Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler. Kedua, Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks). Ketiga, Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self Learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya. Keempat, Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Faktor yang menyebabkan STAI Mathali’ul Falah belum mampu merambah pada karakteristik e-Learning tersebut adalah dikarenakan jumlah mahasiswa yang baru berjumlah kurang lebih 300-an, minimnya dosen yang meenggunakan e-Learning sebagai media pembelajaran yang dikarenakan minimnya SDM dosen pengampu mata kuliah dalam hal pengoperasionalan media internet khususnya dalam pemanfaatan e-Learning, dan padatnya jadwal dosen, sehingga sampai sekarang belum terjadi kesepakatan antara para dosen dan pelatih e-Learning tentang kapan akan dilaksaakannya pelatihan e-Learning. Dengan demikian modul e-Learning yang disediakan belum tersentuh sama sekali.
Padahal untuk dapat menghasilkan e-Learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang eLearning, yaitu : sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-Learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-Learning-nya. Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layar komputernya. Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
Meskipun keberadaan e-Learning di sebuah lembaga pendidikan dianggap sangat berarti, hal itu masih dinilai relative. Artinya penggunaan e-Learning dalam pembelajaran tergantung dari penerapan fungsinya apakah dengan adanya e-Learning di STAI Mathali’ul Falah benar-benar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran atau malah sebaliknya? Sampai detik ini pembelajaran di dalam kelas (konvensional) dinilai masih relevan dan efektif. Maka e-Learning dalam pembelajaran di STAI Mathali’ul Falah belum begitu dilirik untuk dipergunakan sepenuhnya. Saat ini baru ada dua dosen yang baru menggunakan e-Learning dalam pembelajaran, yaitu Ahmad Dimyati, M.Ag dan Inayatul Ulya, MSI.
2.      Pengoperasionalan e-Learning STAI Mathali’ul Falah
Sebelum memasuki pembahasan mengenai pengoperasionalan e-Learning STAI Mathali’ul Falah yang beralamat di “www.e-learning.staimafa.ac.id”, alangkah baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu perangkat LMS yang dipergunakan STAI Mathali’ul Falah dalam pembelajaran.
STAI Mathali’ul Falah mengadopsi e-Learning ke dalam sebuah web form dalam bentuk LMS (Learning Management Sistem). Terdapat banyak macam LMS yang bisa dipergunakan sebagai perangkat e-Learning. Namun disini STAI Mathali’ul Falah memakai perangkat LMS moodle yang bisa dilihat dalam tampilan gambar berikut ini:












  
Kalau ingin membuka lebih lajut tentang e-Learning STAI Mathali’ul Falah maka harus mendaftar lebih dulu pada kolom tersebut. Dalam pengoperasionalannya,  pengguna atau user akan dipandu dengan menggunakan dua bahasa yang diaktifkan yaitu Indonesia dan Inggris.
Di dalam persyaratan mendaftar e-Learning STAI Mathali’ul Falah terdapat nama pengguna atau username, pengisian password minimal 8 karakter, e-mail dipasang dua (konfirmasi dan verifikasi), kemudian mengisi kota, dan negara. Setelah itu lalu akses data yang dikirimkan admin e-Learning STAI Mathali’ul Falah melalui alamat e-mail yang telah kita masukan untuk proses verifikasi akun e-Learning. Baru setelah itu kita bisa membuka link akun kita dalam e-Learning STAI Mathali’ul Falah.
Untuk lebih jelasnya tentang proses pendaftarannya akan diperlihatkan dalam gambar berikut ini:







 









Kalau belum punya, maka…..
Lebih jelasnya lagi pada halaman depan ada panduan mahasiswa. Kita bisa download filenya di gambar berikut dan tinggal di klik saja. Atau kalau ada apa-apa bisa kirim email di puskom@yahoo.co.id.
3.      Bagaimana agar materi perkuliahan bisa masuk di e-Learning?
E-Learning adalah pengganti atau penambah pelajaran di kelas? Bagaimana agar pelajaran itu bisa masuk di e-Learning?
Ya harus masuk pelajaran ke kelas dulu. Ibaratnya anda mendaftar di sebuah perkuliahan. Setelah itu mendaftar dulu perkuliahan yang ada di sini.” Admin puskom e-Learning STAI Mathali’ul Falah Adzro’i mengkonfirmasi.
Beberapa matakuliah untuk pendaftaran e-Learningnya disertai password yang hanya diketahui oleh dosen terkait dan mahaisswa yang diampu dengan tujuan agar tidak diikuti oleh mahasiswa lain atau publik. Untuk mendaftar tinggal klik matakuliahnya. Dengan begitu akan bisa masuk ke mata kuliah yang dituju.
Kalau mahasiswa sudah memasuki matakuliah tertentu maka akan sudah ada tampilan seperti di bawah ini:

Dalam penyajian materi, ada dosen yang membaginya per tanggal, perminggu, atau pertopik (seperti yang dilakukan oleh pak dim dan inayatul ulya). Rata-rata maksimal 16 topik. Pada kolom tersebut ada tugas dan resous (materi). Di bawah ini  adalah contoh percobaan pembuatan tugas yang diberikan dosen dalam e-Learning. Di dalamnya terdapat draf pengajuan. Misalnya tugasnya mengumpulkan makalah, kemudian ada perintah upload here. Kemudian oleh dosen direview dan akan dikasih nilai. Kemudian diklik. Dari situ nanti setelah dinilai akan terlihat nilainya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam gambar berikut:

Selain tugas, juga terdapat materi chat, membuat kamus, materi glosari, dll. Misal ada dosen yang tidak bisa hadir, namun dosen memerintahkan mahasiswanya untuk online pada jam sekian. Kemudian dosen akan memberikan materi dan tugasnya. Namun sekali lagi disampaikan bahwa e-Learning di sini tidak menggantikan posisi matakuliah di kelas. Ia hanya sebagai pengganti dan pelengkap. Kalau semua mata kuliah sudah disampaikan di kelas kemudian ditambahi e-Learning, maka akan dirasa memberatkan, baik oleh dosen maupun mahasiswa.
Ada juga forum niaga atas usulan ketua STAI Mathali’ul Falah. Di mana forum itu untuk menstimulus mahasiswa untuk berjual beli yang sudah berlaku di perguruan tinggi Australia. Mahasiswa bisa masuk di forum ini dan bisa dilihat tampilannya. Missal pingin menjual komputer bekas dll. Dalam forum niaga ini juga bisa mengirim email kepada dosen atau mahasiswa juga.
Perkembangan e-Learning terakhir di STAI Mathali’ul Falah ini sudah bisa diakses oleh mahasiswa. Dosen-dosen yang sudah melaksanakan e-Learning adalah pak dim dan bu inayah.
Model-model eLearning di STAI Mathali’ul Falah saat ini memakai interface word (tatap muka).
Untuk moodle banyak sekali fiturnya. Bisa didownload moodle ini.
Makul ditampilkan tidak hanya bentuk file pdf wa akhawatiha. Ada lagi yang standar itu memakai skrum seperti ini.
Mendaftar e-Learning itu seperti masuk ke sekolahan.
Ada banyak ribuan fitur dalam e-Learning dan bisa dipelajari sendiri di rumah.
Ini ada yang coba berupa materi sekrum. Contohnya seperti ini. Kita tinggal ngeklik aja.
Ada berupa authoring software untuk membuat materi sekerum seperti ini.

Percobaan ini semacam file materi yang ditampilkan oleh dosen.
Ini ada contoh materi survey on-line oleh dosen kepada mahasiswa. Ada juga forum tanya jawab dosen-mahasiswa.
Buka skrum.com untuk mendapatkan…..
Flash sekarang malah tidak dipakai.
Sebenarnya dari dulu kita tidak ada keinginan untuk membuat e-Learning. Tapi setelah kita coba ternyata bisa dan kita segera mengikkuti pelatihan.
Saya sudah bikin buku panduan untuk dosen namun kita belum mendapatkan jadwal kepepakatan karena padatnya jadwal dosen. Kalau kita hitung secara matematis, maka pembelajaran di kelas kita masih dinilai efektif karena mahasiswa kita masih sedikit.
Tanggung jawab system dipegang ole puskom. Sedangkan tanggung jawab pembelajaran atau materi oleh dosen. Dan yang bisa menyuruh dosen untuk membuat materi di e-Learning ya prodi.
Ada makul media pembelajaran ya? Kalau hanya power point kurang itu. Padahal ada banyak sekali media pembelajaran yang bisa digarap.
Kenapa saya pakai moodle? Ketika moodle ini dipakai oleh kebanyakan perguruan tinggi dunia. Karena moodle ini gratisan. Padahal kalau kita mau membeli LMS itu harganya ratusa juta.
Kalau perguruan tinggi Islam di jateng, STAI Mathali’ul Falah nomor 2 yang memakai e-Learning. Yang pertama UNISULA. Kalau IAIN Wlisogo Semarang sudah ada, tapi hanya percobaan oleh perpustakaannya.
CMS (Content Management system/ sstem manajemen isi yaitu untuk membuat website). Seperti jumla,
4.      Kelebihan dan Kekurangan E-Learning di STAI Mathali’ul Falah
a.       Kelebihan
Kelebihan tentang manfaat penggunaan e-Learning, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh, antara lain: Pertama, Tersedianya fasilitas e-moderating di mana dosen dan mahasiswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu. Kedua, dosen dan mahasiswa dapat menggunakan materi atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh materi dipelajari. Ketiga, mahasiswa dapat belajar atau me-review materi setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat materi tersimpan di komputer. Keempat, Bila mahasiswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah. Kelima, Baik dosen maupun mahasiswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Keenam, berubahnya peran mahasiswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif. Ketujuh, Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari kampus.
b.      Kekurangan
E-Learning di STAI Mathali’ul Falah ini belum disosialisasikan secara merata. Sosialisasi baru diberikan kepada mahasiswa baru saja menimbang dosen-dosen STAI Mathali’ul Falah yang masih gaptek dengan komputer. Dengan demikian wajar apabila e-Learningnya tidak ramai.
Berbagai kritik sebagaimana dikemukakan (Bullen, 2001, Beam, 1997) nampaknya relevan disampaikan kembali, antara lain: Pertama, Kurangnya interaksi antara dosen dan mahasiswa atau bahkan antar mahasiswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar. Kedua, Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial. Ketiga, Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan. Keempat, Berubahnya peran dosen dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT. Kelima, mahasiswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal. Keenam, Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet. Ketujuh, Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan internet. Kedelapan, Kurangnya penguasaan bahasa komputer.

Followers

About Me

Foto Saya
Ahmad Ulin Na'im
wedarijaksa, pati, Indonesia
Halo.... yang di sana jangan bengong aja yaa....
Lihat profil lengkapku

Links

Status YM

Cari di blog ini

Cuap-Cuap

Tamu